Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Juli, 2009

Hari senin, 20 Juli 2009, saya dan Andreas (teman di divisi pengabdian masyarakat IMA-G) mendapat instruksi untuk ikut bersama-sama teman-teman dari SBM survey ke desa Cililin. Maka kami bersama 5 orang teman dari SBM berangkat bersama menuju desa Cililin.

Desa Cililin adalah sebuah desa dengan jarak kurang lebih 2 jam dari kota bandung. Terletak di pegunungan antah berantah (maaf, sebenarnya saya juga kurang tahu tepatnya terletak di mana,,hehe). Menurut keterangan yang saya terima dari 2 orang teman dari Desa Mitra KM ITB, desa yang sedang kami kunjungi ini termasuk dalam Indeks Desa Tertinggal. Namun sejauh mata memandang, kehidupan di desa ini cukup baik jika dibandingkan kehidupan di perkampungan-perkampungan kumuh ilegal yang banyak terdapat di kota-kota besar.

Jalanan menuju desa tersebut sudah beraspal, namun banyak aspal yang sudah bolong-bolong tidak karuan, membuat perjalanan kami semakin melelahkan. Di mobil, kami berempat (saya, Andreas, dan 2 teman dari SBM) berbincang dan membayangkan, kita yang naik mobil saja sudah terasa capeknya, apalagi para penduduk yang sering bolak balik naik turun gunung berjalan kaki sambil membawa gelondongan kayu ato seikat besar ranting-ranting? Sungguh tidak terbayang oleh kami betapa capeknya mereka dan betapa kuat fisik mereka dibanding kami.

Sesampai di desa Cililin, kami berhenti di rumah bapak kepala desa. Rupa-rupanya teman-teman kami dari SBM sedang membicarakan masalah deal tanah yang akan mereka beli dan bangun untuk masyarakat setempat. Sebagai catatan, saat itu saya belum begitu mengerti apa yang sebenarnya akan mereka lakukan di desa Cililin itu. Daripada terus-terusan bingung, saya pun menyempatkan bertanya pada salah seorang teman dari SBM mengenai apa yang sebenarnya akan mereka lakukan.

Sebelum memutuskan untuk melakukan kegiatan apa, teman-teman di SBM melakukan riset kepada hampir seluruh penduduk desa tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Setelah mendapat beberapa kesimpulan kebutuhan krusial di desa tersebut, akhirnya teman-teman SBM memutuskan untuk membangun sebuah puskesmas / posyandu di desa tersebut.

Saya pun bertanya, mengapa puskesmas ? Mereka menjelaskan, bahwa selama ini penduduk desa ini sangat kesulitan dalam hal akses kesehatan. Di desa tersebut tidak ada fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan semacamnya. Apalagi rumah sakit, tidak mungkin ada di desa yang termasuk ke dalam Indeks Desa Tertinggal seperti desa ini. Jika ada penduduk yang sakit, dia harus terlebih dahulu menempuh perjalanan panjang di pegunungan itu untuk mencapai puskesmas terdekat yang letaknya di desa sebelah. Terkadang tanpa kendaraan, jika ia tidak mempunyai sepeda atau sepeda motor, karena di pegunungan itu tidak ada angkutan umum. Yang paling mengenaskan adalah jika ada wanita yang akan melahirkan, si calon ibu juga harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai puskesmas di desa sebelah tersebut. Malahan, ada kabar yang menyebutkan si sakit atau si calon ibu terkadang tidak mampu bertahan untuk sampai ke puskesmas di desa sebelah.

Maka dari riset yang telah dilakukan mereka, mereka pun memutuskan bahwa pembangunan puskesman di desa tersebut akan besar manfaatnya bagi penduduk desa tersebut. Mereka memulai dari membeli tanah di desa tersebut seluas 140 meter persegi. Di atas tanah tersebutlah akan dibangun puskesmas. Untuk dokter, maintenance, dan sistem di puskesmas tersebut, sudah dipersiapkan dengan bekerjasama dengan puskesmas di desa sebelah. Selain membeli sebidang tanah, dan membangun puskesmas, teman-teman SBM juga akan membelikan 1 unit ambulance yang nantinya akan berguna jika si sakit harus dilarikan ke Rumah Sakit dengan peralatan medis yang lebih lengkap.

Saya pun bertanya lagi, darimanakah teman-teman SBM mendapatkan uang yang tidak bisa dibilang kecil itu? Ternyata, teman-teman di SBM, jika mengadakan acara-acara seperti pentas seni, ataupun usaha-usaha retail, keuntungannya selalu digunakan untuk pengabdian masyarakat. Ini salah satu contohnya.

Teman-teman SBM  juga mengajak pengmas IMA-G untuk membantu mendesainkan pukesmas tersebut. Kami pun menyambut dengan sangat senang ajakan tersebut dan bisa ikut berkontribusi di kegiatan ini.

Sangat mengagumkan apa yang telah dilakukan oleh teman-teman SBM. Mulai dari niat yang sangat baik dengan memberikan keuntungan usaha-usaha mereka untuk pengabdian masyarakat. Riset yang serius untuk menemukan apa yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh penduduk desa Cililin. Sehingga menurut saya pribadi, menghasilkan kegiatan yang sangat baik dan kontribusi yang sangat nyata kepada masyarakat.

Kapan kita semua sebagai mahasiswa akan mengikuti jejak teman-teman SBM dalam hal kontribusi terhadap masyarakat secara NYATA ? karena bagi saya pribadi, saya kurang melihat kontribusi yang NYATA tersebut sebelumnya, sering terlalu banyak berdebat atau berbicara tanpa aksi yang memadai.

Mungkin apa yang sudah dilakukan oleh teman-teman kita di SBM bisa menjadi teladan dan contoh yang baik. Agar saat kita memang ingin melakukan PENGABDIAN terhadap masyarakat, lakukanlah dengan serius. Entah itu pencarian dana ataupun riset kebutuhan si masyarakat sendiri. Sehingga apa yang nantinya akan kita berikan adalah kontribusi yang nyata, tepat sasaran dan tidak sia-sia.

*tidak bermaksud menyindir pihak manapun, sebaiknya menjadi bahan renungan dan pembelajaran.. 🙂

Salut untuk teman-teman SBM ! 😀

Read Full Post »

berani !

waaahh..

bikin blog ini udah dari setahun yang lalu,,dan baru mulai nulis sekarang. keterlaluan. hehe. memang, menulis untuk dibaca umum butuh keberanian. selama ini suka nulis2 untuk dibaca diri sendiri ato dibaca beberapa sahabat aja. sekarang waktunya berani buat nulis dan dibaca banyak orang.. 🙂

ngomong2 soal berani, yang (akhirnya) saya sadari malam ini adalah : semua harus dimulai dengan berani. ya, berani.

Tanpa keberanian, mungkin sampai saat ini Indonesia masih dalam keadaan terjajah. Ga akan ada Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, ataupun Reformasi. Atau kalau dalam keadaan kita sehari2, ga akan ada perdebatan saat asistensi dengan dosen (misalnya?).

Dibutuhkan keberanian untuk “membelot” dari sebuah sistem yang buruk, saat ingin memulai sesuatu yang lebih baik. Kalau dulu semua pemuda takut pada hukuman2 yang akan dijatuhkan oleh penjajah jika mereka memulai sebuah kebangkitan, apa jadinya? Mungkin buat selama-lamanya tidak akan ada yang namanya Republik Indonesia.

Hmm,,ngomongnya jadi ngelantur gini.. :p

yah,,pokoknya yang saya yakin harus dimiliki oleh setiap orang pada umumnya dan kaum muda pada khususnya, adalah keberanian..

semua harus dimulai dengan berani ! 😀

Read Full Post »